Hikmah Pergantian Baru Islam

HIKMAH PERGANTIAN TAHUN BARU HIJRIAH
Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan, MA.
SAAT ini umat Islam memasuki pergantian tahun baru hijriyah, dari tahun 1421 H menuju 1422 H. Apa yang kita lakukan tahun lalu adalah merupakan lembaran catatan sejarah yang kelak akan kita baca dan pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT pada hari dikemudian nanti sesuai dengan firmanNya dalam Al-quran : Bacalah lembaran (kitabmu), cukuplah engkau sendiri hari ini yang melakukan perhitungan atas dirimu. (Q.S. 17:14)
Oleh karena itu kita dituntut untuk melakukan Introspeksi diri dengan membaca terlebih dahulu lembaran catatan sejarah kita setahun yang lalu, untuk dijadikan sebagai patokan dalam menempuh dan mengisi tahun berikutnya, sebab Nabi bersabda: siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk dalam kategori orang yang beruntung. Siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk dalam kategori orang yang merugi dan siapa yang hari ini lebih jelak dari hari kemarin , maka dia termasuk dalam kategori orang yang celaka.
Hadist tersebut memberikan isyarat kepada kita bahwa hidup ini harus mengalami perubahan kearah kebaikan dari waktu kewaktu. Perubahan itu dapat dilakukan masing-masing individu dan masyarakat sesuai firman Allah: Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah (terlebih dahulu sikap mental mereka sendiri). (Q.S. 13:11).
Kesadaran akan merubah keadaan tersebut adalah merupakan kesadaran pertama yang harus kita lakukan dalam menghadapi pergantian tahun hijrah ini, sehingga dengan demikian, tahun hijrah ini diharapkan, keadaan kita, baik dalam berbangsa maupun bernegara akan mengalami perbaikan pada tahun yang akan datang, sebab tanpa ini mustahil kita bisa keluar dari krisis yang sedang melanda bangsa ini.
Kesadaran yang kedua adalah kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan dan kehormatannya, sebab manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan yang dalam dirinya telah ditiupkan Ruh Tuhan. Oleh karena itulah, maka setiap manusia dituntut untuk dapat mewujudkan sifat-sifat ilahiyah dalam dirinya, sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga dengan demikian yang bersangkutan, selain menghargai dan menghormati dirinya sendiri, juga menghargai dan menghormati orang lain.
Kesadaran yang ketiga adalah kesadaran akan nilai-nilai tangungjawab sosial, sesuai firman Allah: Mengapa kalian tidak berjuang di jalan Allah, sedangkan kaum lemah yang tertindas, baik laki-laki, wanita maupun anak-anak, bermohon agar mereka dikaruniai penolong dan pelindung dari sisi Allah. (Q.S. 4:75).
Apabila ketiga kesadaran tersebut dapat kita wujudkan dalam memasuki pergantian tahun baru hijriah ini, maka kita dan bangsa kita akan termasuk dalam kategori yang beruntung, bukan merugi apalagi celaka sesuai hadist nabi di atas. Dan dengan demikian Insya Allah lembaran catatan sejarah kita kelak, akan diterima dengan tangan kanan (Q.S. 17:71) sebagai pertanda kebahagiaan.
sumber:  http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=423

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Adz-Dzikr (pemberi peringatan) merupakan salah satu dari nama lain Al-Qur'an. Allah menyebut nama Adz Dzikr diantaranya dalam surat Al Hijr (yang artinya): “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS.Al-Hijr/15:9). Adz-Dzikr juga merupakan asal-usul kata dzikir yang menurut syariat Islam berarti mengingat Allah SWT.

0 komentar:

Post a Comment