Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih diikuti pula kebutuhan energi yang lebih besar untuk kepentingan manusia yang jumlahnya semakin bertambah. Salah satunya ialah energi listrik yang menjadi energi vital dalam kehidupan sehari-hari dan kebutuhan energi global dalam 30 tahun kedepan akan meningkat 2x lipat dan pada 40 tahun kedepan akan meningkat 3x lipat, setara dengan energi 20 miliar ton minyak bumi. Saat ini Indonesia masih menggunakan fosil sebagai sumber energi utama seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara. Menurut data dari ESDM menyebutkan cadangan minyak bumi di Indonesia hanya cukup untuk 18 tahun kedepan, gas alam untuk 61 tahun, dan batu bara cukup untuk 147 tahun lagi.
Oleh karena itu mulai sekarang harus dipikirkan energi alternatif pengganti energi dari fosil, Salah satu langkah konkret PLN yang akan diwujudkan adalah membangun proyek PLTU 10.000 MW dengan alasan kebutuhan listrik negara kita telah tersumbang 30% dari PLTU Suralaya yang berbahan bakar batubara dan memiliki cadangan batubara yang cukup banyak.
Tetapi permasalahannya PLTU ini membuang energi 2x lipat dari energi yang dihasilkan, misal energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit, karena energi yang terbuang 65 unit. Dan setiap 1000 megawatt energi hasil dari PLTU akan menghasilkan 5,6 juta ton CO2 per tahun yang merupakan penyebab Global Warming.
Dan jika menggunakan energi berbahan bakar gas, cukup relatif murah dan ramah lingkungan permasalahannya cadangan gas alam Indonesia terbatas, ditambah lagi persaingan dengan konsumsi publik karena Pemerintah memberi kebijakan publik koversi minyak tanah ke gas.
Selain itu ada alternatif dengan menggunakan energi panas bumi, air dan nuklir, energi panas bumi ini bisa menjadi solusi karena murah, aman, dan ramah lingkungan sayangnya persediaan sangat terbatas dan biaya teknologi pengelolaannya sangat mahal, sehingga masih sulit untuk di praktekkan. Sementara energi dari air juga sudah tidak efektif lagi karena jika terjadi musim kemarau yang membuat waduk , sungai, danau menjadi kering sehingga tidak bisa PLTA tidak bisa berjalan dengan lancar. Bagaimana energi nuklir, ini merupakan energi yang sebetulnya sudah bisa dilakukan oleh Indonesia tetapi bencana atau dampak yang sangat besar dan berbahaya membuat pemerintah masih berpikir-pikir untuk mengembangkan teknologi ini, apalagi jika dikenai sanksi oleh PBB seperti Iran yang sedang mengembangkan teknologi nuklirnya.
Sebagai jawaban dan solusi atas pengganti dari energi fosil, yaitu dengan menggunakan energi matahari atau surya. Energi yang dipancarkan matahari ke bumi adalah 15.000 kali lebih besar dibandingkan dengan energi global dan 100 kali lebih besar dibandingkan dengan cadangan batubara, minyak bumi, dan gas alam. Permasalahannya energi matahari agak mirip dengan energi nuklir, Indonesia sebetulnya sudah bisa mengelolanya dengan baik, bahkan teknologi mutakhir saat ini telah mampu mengubah 10-20% pancaran sinar matahari menjadi energi. Dan secara teoritis untuk mencukupi kebutuhan energi global, penempatan peralatan tersebut hanya memerlukan kurang dari 1% dari permukaan bumi, dan merupakan hal yang sangat efisien untuk menangani kekurangan sumber energi dan Global Warming!
Sayangnya Indonesia sebagai negara yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa dan dikaruniai oleh Allah SWT pancaran sinar matahari melimpah justru belum memanfaatkan keuntungan ini secara efisien, dan selama ini pemanfaatan energi matahari di Indonesia baru sebatas sebagai energi traffic light dan sebagai pemanas air di hotel-hotel dan rumah-rumah mewah, dan masih menggunakan produk pemanas impor, sedangkan di negara-negara eropa timur yang relatif sedikit mendapat pancaran sinar matahari justru sangat memanfaatkannya sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan murah.
Jadi kesimpulannya kalau Indonesia pengen punya sumber energi yang murah, aman, dan ramah lingkungan hendaknya pemerintah harus lebih proaktif dalam pengembangan energi matahari dengan melakukan diversifikasi peneliitian dan pengembangan teknologi energi matahari. Pemberian dana untuk pengembangan teknologi ini perlu ditingkatkan tiap tahunnya, sehingga biaya produksi energi matahari bisa bersaing dengan energi fosil, sehingga jika dilakukan produksi energi matahari secara massal, maka sumber energi ini akan terksplorasi menjadi energi utama di masa depan. Sehingga kita tidak meninggalkan krisis energi bagi anak cucu bangsa Indonesia, tetapi mewariskan teknologi sumber energi yang mutakhir, murah, ramah lingkungan, dan efisien, yaitu sumber energi matahari.
sai adz-dzikr
Oleh karena itu mulai sekarang harus dipikirkan energi alternatif pengganti energi dari fosil, Salah satu langkah konkret PLN yang akan diwujudkan adalah membangun proyek PLTU 10.000 MW dengan alasan kebutuhan listrik negara kita telah tersumbang 30% dari PLTU Suralaya yang berbahan bakar batubara dan memiliki cadangan batubara yang cukup banyak.
Tetapi permasalahannya PLTU ini membuang energi 2x lipat dari energi yang dihasilkan, misal energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit, karena energi yang terbuang 65 unit. Dan setiap 1000 megawatt energi hasil dari PLTU akan menghasilkan 5,6 juta ton CO2 per tahun yang merupakan penyebab Global Warming.
Dan jika menggunakan energi berbahan bakar gas, cukup relatif murah dan ramah lingkungan permasalahannya cadangan gas alam Indonesia terbatas, ditambah lagi persaingan dengan konsumsi publik karena Pemerintah memberi kebijakan publik koversi minyak tanah ke gas.
Selain itu ada alternatif dengan menggunakan energi panas bumi, air dan nuklir, energi panas bumi ini bisa menjadi solusi karena murah, aman, dan ramah lingkungan sayangnya persediaan sangat terbatas dan biaya teknologi pengelolaannya sangat mahal, sehingga masih sulit untuk di praktekkan. Sementara energi dari air juga sudah tidak efektif lagi karena jika terjadi musim kemarau yang membuat waduk , sungai, danau menjadi kering sehingga tidak bisa PLTA tidak bisa berjalan dengan lancar. Bagaimana energi nuklir, ini merupakan energi yang sebetulnya sudah bisa dilakukan oleh Indonesia tetapi bencana atau dampak yang sangat besar dan berbahaya membuat pemerintah masih berpikir-pikir untuk mengembangkan teknologi ini, apalagi jika dikenai sanksi oleh PBB seperti Iran yang sedang mengembangkan teknologi nuklirnya.
Sebagai jawaban dan solusi atas pengganti dari energi fosil, yaitu dengan menggunakan energi matahari atau surya. Energi yang dipancarkan matahari ke bumi adalah 15.000 kali lebih besar dibandingkan dengan energi global dan 100 kali lebih besar dibandingkan dengan cadangan batubara, minyak bumi, dan gas alam. Permasalahannya energi matahari agak mirip dengan energi nuklir, Indonesia sebetulnya sudah bisa mengelolanya dengan baik, bahkan teknologi mutakhir saat ini telah mampu mengubah 10-20% pancaran sinar matahari menjadi energi. Dan secara teoritis untuk mencukupi kebutuhan energi global, penempatan peralatan tersebut hanya memerlukan kurang dari 1% dari permukaan bumi, dan merupakan hal yang sangat efisien untuk menangani kekurangan sumber energi dan Global Warming!
Sayangnya Indonesia sebagai negara yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa dan dikaruniai oleh Allah SWT pancaran sinar matahari melimpah justru belum memanfaatkan keuntungan ini secara efisien, dan selama ini pemanfaatan energi matahari di Indonesia baru sebatas sebagai energi traffic light dan sebagai pemanas air di hotel-hotel dan rumah-rumah mewah, dan masih menggunakan produk pemanas impor, sedangkan di negara-negara eropa timur yang relatif sedikit mendapat pancaran sinar matahari justru sangat memanfaatkannya sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan murah.
Jadi kesimpulannya kalau Indonesia pengen punya sumber energi yang murah, aman, dan ramah lingkungan hendaknya pemerintah harus lebih proaktif dalam pengembangan energi matahari dengan melakukan diversifikasi peneliitian dan pengembangan teknologi energi matahari. Pemberian dana untuk pengembangan teknologi ini perlu ditingkatkan tiap tahunnya, sehingga biaya produksi energi matahari bisa bersaing dengan energi fosil, sehingga jika dilakukan produksi energi matahari secara massal, maka sumber energi ini akan terksplorasi menjadi energi utama di masa depan. Sehingga kita tidak meninggalkan krisis energi bagi anak cucu bangsa Indonesia, tetapi mewariskan teknologi sumber energi yang mutakhir, murah, ramah lingkungan, dan efisien, yaitu sumber energi matahari.
sai adz-dzikr
ABOUT THE AUTHOR
Adz-Dzikr (pemberi peringatan) merupakan salah satu dari nama lain Al-Qur'an. Allah menyebut nama Adz Dzikr diantaranya dalam surat Al Hijr (yang artinya): “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS.Al-Hijr/15:9). Adz-Dzikr juga merupakan asal-usul kata dzikir yang menurut syariat Islam berarti mengingat Allah SWT.
sepertinya cocok untuk diterapkan di indonesia mengingat iklim di indonesia yang cukup memadai. memang sudah ada beberapa yang memanfaatkan namun belum menjadikannya sebagai sumber energi yang besar.. ya berharap suatu saat bisa dikelola dengan baik sehingga bisa menjadi sumber energi yang berguna dan ramah lingjungan tentunya..
ReplyDeleteya.. kalau bicara soal SDA Indonesia tidak ada 2nya... tapi bicara soal SDM, butuh kerja keras dari pemerintah untuk mengembangkan hal ini..
ReplyDeletejangan hanya dibiarkan dikelola SDA kita oleh SDM luar.. punya modal 100 dapetnya cuma 40...
itulah tugas kita sebagai kaum muda.!!